Senin, 23 April 2012

Keberagaman Masyarakat Kebudayaan Indonesia Suku Jawa dan Minangkabau


Latar Belakang Terjadinya Keanekaragaman Masyarakat atau Bangsa Indonesia
1.      Faktor Geografis dan Astronomis
Karena Indonesia terdiri dari banyak pulau sekitar lebih kurang 17.000 pulau yang tersebar dari sabang sampai merauke. Sehingga masyarakat indonesia banyak hidup tekotak-kotak, karena jarak yang jauh memisahkan, untuk berkomonukasi antar pulang sangat sulit bahkan sama sekali tidak ada sehingga masing-masing daerah hanya berinteraksi dengan orang-orang yang ada di daerah tersebut (segmentasi).
2.      Kondisi alam/iklim
Kondisi cuaca Sehingga secara mata pencarian akan berbeda dalam pengolahan SDM, seperti daerah yang bermata pencarian bertani, nelayan, berburu dll.
3.      Karena faktor pengaruh kebudayaan asing pada masa lalu karena letak di antara dua samudra dan dua benua. Masing-masing suku bangsa yang berbeda. Seperti pengaruh agama pada tiap-tiap suku bangsa, masyarakat bali yang berada di bawah pengaruh kerajaan hindu pada zaman dulu. Daerah pulau jawa dan sumatera yang berada di bawah pengaruh agaman islam.
4.      Faktor historis pemerintahan sebelum kemerdekaan (akibat penjajahan).
5.      Faktor percampuran antar masyarakat , baik antar ras maupun antar suku bangsa.
6.      Integrasi nasional yang berasal dari kelompok suku bangsa yang beranekaragam.
7.      Faktor geologis Indonesia
a.       Zona geologi Indonesia timur, meliputi daerah Maluku, NTT, dan Papua dengan penduduk tergolong dalam ras melanesoid. Flora dan faunanya satu rumpun dengan Australia.
b.      Zona geologi Indonesia tengah meliputi pulau-pulau di Sulawesi & sebagian NTB. Jenis flora, fauna dan manusianya dengan Filipina, Jepang, Cina dan Korea.
c.       Zona geologi Indonesia barat, meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, dengan penduduk tergolong dalam ras Malayan Mongoloid. Flora, Fauna dan manusianya satu rumpun dengan kawasan Asia Tenggara.

Perbandingan Suku Bangsa Jawa dan Minangkabau
1.      Suku Bangsa Jawa
a.       Identifikasi
Kebudayaan Jawa meliputi seluruh bagian tengah timur pulau Jawa (kejawen). Yogyakarta dan surakarta menjadi pusat kebudayaan. Dalam penggunaan bahasa ngoko (dipakai untuk orangyang sudah dikenal akrab, dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta derajat atau status sosial), bahasa Jawa krama dipergunakan untuk berbicara  dengan yang belum dikenal tetapi sebaya dan juga orang yang lebih status sosialnya. Bahasa kedaton adalah bahasa yang digunakan di kalangan keraton atau istana.
b.      Bentuk Desa
Kediaman adalah suatu daerah hukum juga pusat pemerintahan yang paling rendah. Setiap desa dikepalai oleh seorang kepala dukuh,dukuh yang satu dengan yang lainya dihubungkan dengan jalan desa, ada juga balai desa tempat pemerintahan dan balai desa. Kegiatan keagamaan dan sosial biasanya ada sekolah, langgar atau mesjid. Ada rumah yang dibangun dari bambu, papan,daun kelapa kering, genting dan tembok. Bentuk rumah limasan, serotong, joglo, pangganggepe, daragepak dll.
c.       Mata Pencarian Hidup
Pekerjaan kepegawaian, pertukangan, perdagangan dan pertanian. Banyak yang membuat tegalan, ada juga yang dijadikan sawah biasanya ditanam padi dan palawija. Pada mulanya tanah digarap dengan bajak luku supaya mudah dibalik kemudian ditugali. Pupuk adalah pupuk kandang, sebelumnya bibit disemihkan. Sawah milik sendiri disebut sawah sanggan dan yasan. Ada juga orang yang menyewakan tanah juga bagi hasil. Menggadai disebut adol sende.
d.      Sistem Kekerabatan
Prinsip bilateral, ada upacara-upacara sebelum perkawinan seperti nokokake kemudian peningsetan. Ada juga perkawinan magang, dimana laki-laki terlebih dahulu mengabdi kepada keluarga wanita. Perkawinan paksa. Keluarga batih dalam masyarakat jawa berdiri sendiri serta memegang proses sosialisasi anak. Bentuk keluwarga sempurna terdiri dari suami, istri dan anak. Keluaraga luas terdiri dari dua-tiga keluarga lebih dalam suatu tempat. Bentuk kekerabatan lain adalah sanak-sadalur terdiri dari kekerabatan yang berasal dari nenek moyang yang sam. Kekerabatan aluhwaris kekerabatan tujuh turunan tugasnya adalah memelihara makam leluhur. Dalam pembagian harta warisan orang tua memakai cara perdamaian dan sepikul segendongan.
e.       Sistem Kemasyarakatan
Orang jawa masih membedakan priyayi (pegawai negeri dan pelajar)dan wong cilik (patani, petukang dan buruh). Kemudian agama santridan kejawen. Lapisan tertinggi di desa adalah wong baku kemudian kuli gandok. Desa di Jawa disebut kelurahan, tiap desa dikepalai oleh dukuh.
f.       Religi
Agama islam santri (penganut islam Jawa yang patuh dan teratur menjalankan ajaran dari agamanya) dan islam kejawen (hanya percaya pada islam walau tidak shalat, puasa, naik haji). Oarang jawa juga percaya pada kekuatan lain (arwah, dedemit, jin, tuyul) makhluk tersebut akan membawa kebahagiaan. Ada juga upacara selamatan sepanjang siklus hidup manusia sampai mati.
2.      Suku Bangsa Minangkabau
a.       Identifikasi
Orang-orang Minangkabau ada pertentangan antara darek (darat ) dan pasisie (pesisir) atau rantau ada anggapan orang berdiam di pesisir juga berasal dari darat. Daerah asal terbagi kedalam luhak, yaitu Tanah Datar, Agam dan Limo Pulueh Koto kadang juga ditambah dengan Solok. Dari daerah tersebut kemudian menyebar. Ada daerah koloni orang Minang seperti Aceh Barat dan Negeri Sembilan Malaya yang didiami orang-orang yang berasal dari Minangkabau. Penyebaran ini karenakan faktor mereka untuk merantau.
Dalam masalah bahasa orang Minang menggunakan bahasa sendiri yang disebut dengan bahasa Minang namun ada yang bilang kalau ada dialek bahasa melayu dengan kesamaan dengan merobah bunyi. Kebudayaan Minangkabau dianggap dengan sistem kebudayaan yang ganjil karena menganut sistem kekeluargaan yang matrilinial. Perkiraan jumlah pemangku kebudayaan Minang sekitar 4 juta orang baik yang berada di dalam wilayah Sumatera Barat maupun yang ada di daerah-daerah lainya.
b.      Bentuk Desa
                   Desa disebut Nagari, daerah Nagari biasanya ditentukan oleh adanya sebuah mesjid , sebuah balai adat dan tempat pasar, dalam Nagari juga meliputi daerah pertanian (sawah, ladang,). Penduduk pada waktu-waktu tertentu juga pergi ke Taratak atau hamlet . rumah adat Minang kabau adalah rumah gadang , rumah panggung karena lantainya terletak jauh di atas tanah, bentuknya yang memanjang didasarkan pada jumlah ruang. Rumah gadang memiliki tiga didieh, satu didieh ruang tidur, yaitu dengan dibatasi empat dinding.ini tempat mereka yang khusus dan bersifat pribadi.kedua bagian terbuka dari sebuah rumah gadang , disini tempat menerima tamu dan diadakan pesta. Ketiga anjueng (anjuang ),ialah bagian yang ditambahkan pada ujungnya. Dan dianggap tempat kehormatan  dan biasanya dimiliki oleh keturunan penduduk asli dari sebuah desa. Antara lantai dan atap terdapat pagu  yang digunakan  untuk menyimpan  barang – barang  yang tidak selalu digunakan .
c.       Mata Pencarian Hidup
      Daerah minangkabau cukup ketersedian air, kebanyakkan orang mengusahakan sawah sedangkan daerah yang tinggi menanam sayur-sayuran dan dipinggir danau menanmgkap ikan. Selain itu juga ada yang hidup dari kerajinan tangan seperti kerajinan perak bakar dari Koto Gadang Bukittinggi dan songket silungkang Sawah Lunto. Perdagangan hanya sedikit yang dikuasai oleh keturunan asing seperti  cina sedangkan yang lainnya berada ditangan orang minangkabau sendiri.
d.      Sistem  Kekerabatan
       Garis keturunan masyarakat Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal. Seseorang termasuk keluarga ibunya dan bukan ayahnya, seorang ayah berada di luar lingkungan istri dan anaknya. Sehingga keluarga batih menjadi lebih kabur dalam sistem kekeluargaan Minangkabau. Keluarga batih tidak merupakan kesatuan yang mutlak meskipun keluarga batih tidak dapat dibantah memegang peranan penting. Dalam sebagian masyarakat minangkabau kampuang yang memisahkan paruik dengan suku sebagai satu-kesatuan kekerabatan. Kepentingan satu keluarga diurus oleh seorang laki-laki dewasa yang bertindak sebagai niniak mamak ( mamak adalah istilah untuk saudara laki-laki ibu ). Suku dalam kekerabatan minang kabau menyerupai suatu klem matrilineal dan jodoh harus dipilih diluar suku  pada masa dahulu sedapat mungkinkawin dengan anak perempuan mamak. Hal ini diperkirakan sebagai pola yang lebih asli. Hal itu mudah dan dapat dijalankan karena mamak dapat membuka jalannya perundingan perkawinan. Perkawinan minang kabau sebenarnya tidak mengenal mas kawin. Di beberapa daerah pengantin perempuan yang memberi kepada pengantin laki-laki (uang jemputan). Sesudah upacara perkawinan pertama suami tinggal di rumah istrinya. Pada zaman dahulunya suami hanya berkunjung pada malam hari ke rumah istrinya kalau terjadi perceraian suami meninggal rumah istrinya dan anak tetap tinggal bersamam ibunya. Dalam masyarakat minagng kabau tidak ada larangan punya istri lebih dari satu. Dalam pesta perkawinan dan lain-lain ada orang-orang yang bersangkutan seperti sumando, niniak mamak, pasumandan, bako, induak bako, dan anak pisang. Kelompok –kelompok ini sangat penting.
e.       Sistem Kemasyarakatan
Selain kampuang, suku, paruik oarang minang tidak mengenal organisasi masyarakat. Sebuah suku mempunyai panghulu suku,dubalang, dan manti. Panghulu dipilih oleh masyarakat, namun ada di beberapa masyarakat kalau panghulu adalah milik sebuah keluarga saja, kalau keluarga itu habis baru pindah kepada suku lain. Dalam masyarakat Minangkabau terdapat stratifikasi sosial bangsawan, orang biasa dan orang yang paling rendah. Bangsawan adalah orang yang paling pertama datang di daerah tersebut (urang asa), orang biasa adalah orang yang datang pertengahan, dan orang yang datang kemudian adalah orang yang paling dianggap rendah dalam masyarakat bersangkutan. Kemudian muncul istilah kemenakan tali ameh, paruik, dan budi. Sistem ini biasa dibilang sudah mulai memudar. Pola kepemimpinan seorang panghulu mereka sebagai orang dituakan dan bertugas menjalankan sesuatu, sifat kepemimpinan di Minangkabau bersifat pragmatis . secara sistem adat dibedakan  yaitu laras bodi caniago (datuak Parpatiah nan sabatang) dan laras koto piliang (datuak katumanggungan). Sistem pertama adalah demokrasi sedangkan ke dua bersifat otokrasi. Pola hidup sesudah menikah adalah uxorilokal, harta pusaka juga turun melalui garis keturunan ibu, anggota laki-laki sebenarnya tidak berhak terhadap harta pusaka mereka hanya menjaga.
f.       Religi
Agama yang dianut oleh orang Minangkabau adalah islam, unsur-unsur  kepercayaan adalah yang ada dalam agama islam, tetapi juga ada yang percaya pada hal-hal gaib, hantu, dan yang mendatangkan penyakit. Upacara keagamaan yang paling penting adalah shalat hari raya, puasa dan haji namun juga ada upaca lainya seperti tabuik, kitanan, katam mengaji dan upacara kematian. Dalam organisasi adatyang mengurus urusan agama adalah manti jabatan lain yaitu angku kali dan kadi. Di beberapa tempat masih ada surau-surau tempat mengaji di bawah pimpinan tuanku atau syekh, tokoh tersebut tidak hanya mengajar al-quran tapi juga mistik.
g.      Modernisasi dan Alkulturasi
Pengaruh perang padri abad 19, awalnya merupakan pertentangan antara kaum lama (adat) dengan yang baru (agama) namun agama islam dijadikan satu dengan adat . golongan baru berhasil memodernisasi sekolah-sekolah sehingga murid diajarkan ilmu pengetahuan umum tidak hanya agama saja. Proses ini berpengaruh terhadap makin hilangnya budaya endogami, perkenalan agama islam membuat orang minang sadar untuk mementingkan keislamannya. Perkenalan budaya barat telah memperhebat budaya Minangkabau salah satunya adalah pendidikan yang berpusat di kota sehingga banyak orang yang keluar dari desanya untuk menuntut ilmu sehingga dia terlepas dari daerah adatnya. Banyak orang melakukan perantauan seperti jawa terutama jakarta.
h.      Masalah Pembangunan
Pembangunan pandidikan hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah dan lulusannya. Namun banyak terjadi pengangguran yang diakibatkan bekerja dengan makan gaji, kesempatan terbatas sekali, pekerjaan bertani kurang gengsidan hasil pertanian tidak mencukupi kebutuhan, mereka yang mempunyai pendidikan tidak berani dan rela menguyah pahit getirnya masa permulaan. Bibit untuk berdiri sendiri cukup banyak pada orang minangkabau terbukti dengan banyaknya pengusaha-pengusaha Minang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar