Teori Pilihan rasional dipopulerkan oleh James Samuel
Coleman (1926-1995) dalam jurnal Rationality
and Society pada 1989. Pemilihan
teori ini sebagai pisau analisa permasalahan perempuan pada pemilu
legislatif karena teori pilihan rasional
memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai
tujuan atau maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada
upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau
nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihannya. Teori pilihan rasional
tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber
pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.[1]
Menurut Coleman ada dua unsur utama dalam teori
pilihan rasional yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang
menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Interaksi antara aktor
dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial, di mana basis minimal
untuk sistem sosial tindakan adalah dua orang aktor, masing-masing
mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak lain. Perhatian satu
orang terhadap sumber daya yang dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan
keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan.[2]
Dilanjutkan dengan hubungan mikro-makro atau bagaimana
cara gabungan tindakan individu menimbulkan perilaku sistem sosial. Akan tetapi
pada akhirnya memusatkan perhatian pada aspek hubungan mikro-mikro atau dampak
tindakan individu terhadap individu lainya. Coleman memilih menjelaskan
perilaku kolektif karena cirinya yang tidak stabil sukar dianalisis tetapi dia
mampu menjelaskan dengan menggunakan perspektif pilihan rasional, perilaku
kolektif merupakan upaya beberapa aktor sehingga menyebabkan pula keseimbangan
dalam masyarakat. Dalam artian bahwa aktor kolektif maupun aktor individual
mempunyai tujuan. Demikian pula dengan halnya norma. Menurutnya norma
diprakarsai dan dipertahankan oleh beberapa orang yang melihat keuntungan yang
dihasilkan dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma tertentu, di sini
norma merupakan fenomena tingkat makro yang lahir berdasarkan tindakan
bertujuan di tingkat mikro.[3]
Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata seseorang
tak selalu berperilaku rasional, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tidak
berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional
individu dilanjutkan dengan memusatkan perhatian pada hubungan mikro-makro. Ada
tiga kelemahan pendekatan Coleman Pertama memberikan prioritas perhatian
yang berlebihan pada hubungan mikro-makro, kedua mengabaikan masalah makro-makro, ketiga hubungan sebab akibat hanya
menunjuk pada satu arah.[4]
Dapat ditemukan bahwa dalam hubungan antara dua
individu atau lebih, senantiasa berorientasi pada aspek sosial ekonomi yang
meliputi, unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost), dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal
yang diperoleh melalui adanya pengorbanan. Pengorbanan di sini adalah semua hal
yang dihindarkan, sedangkan keuntungaan adalah imbalan dikurangi oleh
pengorbanan. Dengan demikian, perilaku sosial
terdiri atas perhitungan untung-rugi. Teori ini dapat digunakan dalam
menganalisis pola perilaku di tempat kerja, perilaku politik, pola perilaku
persahabatan, termasuk pola perilaku dalam perkawinan. Jelasnya bahwa setiap
hubungan hanya akan langgeng apabila semua pihak yang terlibat merasa mendapatkan
keuntungan. Rasionalnya, setiap perilaku seseorang dimunculkan karena
berdasarkan perhitungan untung rugi.[5]
Terdapat empat konsep dalam teori ini yakni: ganjaran,
biaya, laba dan tingkat perbandingan. Pertama,
ganjaran. Setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari
suatu hubungan adalah ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial atau
dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda
antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan
waktu lain. Kedua, biaya. Akibat yang
dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan disebut sebagai biaya. Biaya
itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri
dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan kekayaan individu atau dapat
menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan.[6]
Ketiga, hasil
yaitu selisih antara ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa,
dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia memperoleh laba sama sekali, ia
akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Keempat, tingkat perbandingan. Menunjukan standar yang digunakan
sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran
ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternative hubungan
lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami
hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun.[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar