Rabu, 05 November 2014

pilihan rasional "James Samuel Coleman"


Teori Pilihan rasional dipopulerkan oleh James Samuel Coleman (1926-1995) dalam jurnal Rationality and Society pada 1989.  Pemilihan teori ini sebagai pisau analisa permasalahan perempuan pada pemilu legislatif  karena teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihannya. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.[1]
Menurut Coleman ada dua unsur utama dalam teori pilihan rasional yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial, di mana basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya yang dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan.[2]
Dilanjutkan dengan hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan perilaku sistem sosial. Akan tetapi pada akhirnya memusatkan perhatian pada aspek hubungan mikro-mikro atau dampak tindakan individu terhadap individu lainya. Coleman memilih menjelaskan perilaku kolektif karena cirinya yang tidak stabil sukar dianalisis tetapi dia mampu menjelaskan dengan menggunakan perspektif pilihan rasional, perilaku kolektif merupakan upaya beberapa aktor sehingga menyebabkan pula keseimbangan dalam masyarakat. Dalam artian bahwa aktor kolektif maupun aktor individual mempunyai tujuan. Demikian pula dengan halnya norma. Menurutnya norma diprakarsai dan dipertahankan oleh beberapa orang yang melihat keuntungan yang dihasilkan dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma tertentu, di sini norma merupakan fenomena tingkat makro yang lahir berdasarkan tindakan bertujuan di tingkat mikro.[3]
Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata seseorang tak selalu berperilaku rasional, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tidak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkan dengan memusatkan perhatian pada hubungan mikro-makro. Ada tiga  kelemahan pendekatan Coleman Pertama memberikan prioritas perhatian yang berlebihan pada hubungan mikro-makro,  kedua mengabaikan masalah makro-makro, ketiga hubungan sebab akibat hanya menunjuk pada satu arah.[4]
Dapat ditemukan bahwa dalam hubungan antara dua individu atau lebih, senantiasa berorientasi pada aspek sosial ekonomi yang meliputi, unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost), dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan. Pengorbanan di sini adalah semua hal yang dihindarkan, sedangkan keuntungaan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Dengan demikian, perilaku sosial  terdiri atas perhitungan untung-rugi. Teori ini dapat digunakan dalam menganalisis pola perilaku di tempat kerja, perilaku politik, pola perilaku persahabatan, termasuk pola perilaku dalam perkawinan. Jelasnya bahwa setiap hubungan hanya akan langgeng apabila semua pihak yang terlibat merasa mendapatkan keuntungan. Rasionalnya, setiap perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungan untung rugi.[5]
Terdapat empat konsep dalam teori ini yakni: ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan. Pertama, ganjaran. Setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan adalah ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu lain. Kedua, biaya. Akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan disebut sebagai biaya. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan.[6]
Ketiga, hasil yaitu selisih antara ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Keempat, tingkat perbandingan. Menunjukan standar yang digunakan sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternative hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun.[7]


[1] Upe, Ambo. 2010. Tradisi Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada hal 193
[2] Ibid hal 194
[3] Ibid hal 194
[4] Ibid hal 195
[5] Ibid hal 196
[6] Ibid hal 196-197
[7] Ibid hal 197-198

Tidak ada komentar:

Posting Komentar